SOSIAL
BUDAYA DI MASYARAKAT BALI
1. Istri Hamil, Suami Tidak Boleh Cukur Rambu
Dalam masyarakat
Hindu di Bali sampai saat ini masih sering kita lihat berbagai tradisi
dipercaya dan dilaksanakan dengan patuh. Disisi lain ada juga orang yang tidak
lagi menjalankan tradisi tersebut dengan berbagai alasan. Namun banyak
orang yang “sekedarâ€
melaksanakan saja tradisi-tradisi ini tanpa memahami secara mendalam maksud dan
tujuan dari tradisi tersebut.
Sebagai contoh, ketika si istri sedang
hamil, maka lelaki atau suaminya tidak akan memotong rambutnya dan dibiarkan
panjang.
KOMENTAR :
Khususnya
berkaitan dengan kehamilan orang Bali juga mengenal berbagai pantangan. Salah
satu adalah suami yang istrinya hamil tidak boleh cukur rambut
pantangan
cukur rambut masih seringkali ditaati para lelaki walaupun mereka mungkin tidak
tahu mengapa. Mungkin mereka melakukannya saja untuk berjaga-jaga. Kalau tidak
ada kegunaannya, juga tidak ada salahnya.
Meskipun
juga ada banyak calon ayah yang tidak mempraktekkannya tabu pantang cukur
rambut lagi, makna yang terkandung di dalam tabu ini mereka lanjutkan dalam
wujud lain. Misalnya suami ikut aktif merawat kesehatan fisik dan psikis sang
istri. Menjaga perasaan istri jangan sampai terluka oleh perbuatannya atau
kata-katanya, melayani istri terutama menyangkut soal-soal merawat
kehamilannya, mencurahkan kasih yang lebih khusus pada sang istri, dan
memberikan tuntunan kerokhanian pada istri dengan sebaik-baiknya.
Nampaknya
hal inilah yang sebaiknya dilakukan sebagai ganti tradisi suami tabu cukur
rambut.
2. IBU HAMIL HARUS MENUTUPI PERUTNYA DENGAN HANDUK
Di daerah bali rakyatnya mempercayai bahwa ibu
hamil harus menutupi perutnya dengan handuk agar anak yang di kandungnya itu
tidak termasuki oleh roh roh halus.
KOMENTAR
:
Ibu
hamil yang menutupi perutnya dengan handuk bila kita lihat dalam ilmu kesehatan
itu tidak apa apa dan tidak berbahaya bagi janin dalam kandungannya maupun
untuk ibunya sendiri asalkan handuk yang digunakan ibu itu adalah handuk yang
bersih, justru itu mungkin juga bisa untuk melindungi keadaan ibu dan juga
janin yang ada di kandungannya
3. Megedong – Gedongan :
Upacara Bayi Dalam Kandungan
Upacara Megedong –
Gedongan adalah upacara yang dilakukan untuk bayi yang masih ada dalam
kandungan ibunya, Megedong – Gedongan termasuk dalam Manusa Yadnya. Agama Hindu
khususnya di Bali tak bisa lepas dari upacara, upacara dalam agama Hindu
disebut Yadnya. Yadnya terdiri dari 5 macam yang biasa disebut Panca Yadnya,
yaitu :
Dewa
Yadnya : Upacara suci yang dipersembahkan untuk dewa-dewi, Tuhan Yang Maha Esa.
Bhuta Yadnya : Upacara suci yang dilakukan untuk menyucikan alam beserta
isinya. Manusa Yadnya: Upacara
suci yang dilakukan pada manusia.
Pitra Yadnya : Upacara suci yang dipersembahkan kepada roh leluhur. Rsi Yadnya
: Upacara suci yang dilakukan untuk para orang suci umat Hindu.
Masing-masing
Yadnya tersebut memilik bagian-bagian lagi. Untuk upacara yang termasuk Manusa
Yadnya mulai dari Megedong-Gedongan, Otonan, Tiga Bulanan, Metatah (potong
gigi), Pawiwahan (pernikahan) dan lainnya Pelaksanaan upacara Megedong –
Gedongan adalah ketika kehamilan berumur 7 bulan Bali (1 bulan Bali = 35 hari)
atau sekitar 8 bulan masehi. Namun di beberapa tempat di Bali ada juga yang .
melaksanakan ketika kehamilan berumur 6 bulan Bali. upacara Megedong – Gedongan dilakukan ketika
kehamilan berumur 7 Bulan Bali dan dicari agar bertepatan dengan hari Purnama.
(Ida Pendanda). Sore harinya upacara Megedong – Gedongan dilaksanakan di rumah
yang dipuput oleh Pemang. Pelaksanaan upacara Megedong – Gedongan kurang lebih
seperti upacara Otonan, namun ada beberapa sesajen yang berbeda Terakhir
pasangan suami istri akan duduk berdampingan untuk mendengarkan kekawin (kidung
suci) yang berisi tentang petuah dan nasehat untuk ibu hamil dan juga suaminya.
Dalam petuah tersebut banyak hal yang berisi tentang larangan dan juga saran untuk
pasangan suami istri. Misalnya suami tidak boleh berkata kasar atau berbuat
kasar pada istri, suami tidak boleh membangunkan istri dengan tiba-tiba dan
berbagai hal lainnya. Walaupun upacara
Megedong – Megedongan hanya ada dalam agama Hindu, tetapi di daerah Jawa juga
ada upacara serupa, biasa disebut dengan Tujuh Bulanan. Namun upacara Tujuh
Bulanan tersebut bukan upacara agama melainkan upacara adat. Ini mungkin tidak
lepas dari sejarah dimana dulunya agama Hindu adalah agama yang dianut di
nusantara sebelum agama lain masuk Indonesia.
Upacara
tersebut hingga kini masih dilaksanakan oleh sebagian penduduk di Jawa apapun
agamanya karena upacara tersebut merupakan warisan leluhur yang pada dasarnya
mempunyai tujuan suci dan kebaikan khususnya bagi bayi yang ada dalam kandungan
sang ibu.
Komentar :
Upacara magendong gendong seperti yang
diadakan dibali ini bagus dapat mempertahankan warisan budaya dan juga dapat
juga untuk melakukan ritual untuk kehamilan,dan ini tidak merugikan bagi
kesehatan bayi dan janinnya karna upacara ini justru memberi keselamatan bagi
ibu hamil karena upacara ini berisi petuah dan doa-doajadi justru bermanfaat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar