Rabu, 13 Maret 2013

Sosial Budaya Masyarakat di Bali







SOSIAL BUDAYA DI MASYARAKAT BALI 

1.  Istri Hamil, Suami Tidak Boleh Cukur Rambu
Dalam masyarakat Hindu di Bali sampai saat ini masih sering kita lihat berbagai tradisi dipercaya dan dilaksanakan dengan patuh. Disisi lain ada juga orang yang tidak lagi menjalankan tradisi tersebut dengan berbagai alasan. Namun banyak orang yang “sekedar” melaksanakan saja tradisi-tradisi ini tanpa memahami secara mendalam maksud dan tujuan dari tradisi tersebut.
Sebagai contoh, ketika si istri sedang hamil, maka lelaki atau suaminya tidak akan memotong rambutnya dan dibiarkan panjang.
KOMENTAR :
Khususnya berkaitan dengan kehamilan orang Bali juga mengenal berbagai pantangan. Salah satu adalah suami yang istrinya hamil tidak boleh cukur rambut
pantangan cukur rambut masih seringkali ditaati para lelaki walaupun mereka mungkin tidak tahu mengapa. Mungkin mereka melakukannya saja untuk berjaga-jaga. Kalau tidak ada kegunaannya, juga tidak ada salahnya.
Meskipun juga ada banyak calon ayah yang tidak mempraktekkannya tabu pantang cukur rambut lagi, makna yang terkandung di dalam tabu ini mereka lanjutkan dalam wujud lain. Misalnya suami ikut aktif merawat kesehatan fisik dan psikis sang istri. Menjaga perasaan istri jangan sampai terluka oleh perbuatannya atau kata-katanya, melayani istri terutama menyangkut soal-soal merawat kehamilannya, mencurahkan kasih yang lebih khusus pada sang istri, dan memberikan tuntunan kerokhanian pada istri dengan sebaik-baiknya.
Nampaknya hal inilah yang sebaiknya dilakukan sebagai ganti tradisi suami tabu cukur rambut.
2.    IBU HAMIL HARUS MENUTUPI PERUTNYA DENGAN HANDUK
Di daerah bali rakyatnya mempercayai bahwa ibu hamil harus menutupi perutnya dengan handuk agar anak yang di kandungnya itu tidak termasuki oleh roh roh halus.
KOMENTAR :
Ibu hamil yang menutupi perutnya dengan handuk bila kita lihat dalam ilmu kesehatan itu tidak apa apa dan tidak berbahaya bagi janin dalam kandungannya maupun untuk ibunya sendiri asalkan handuk yang digunakan ibu itu adalah handuk yang bersih, justru itu mungkin juga bisa untuk melindungi keadaan ibu dan juga janin yang ada di kandungannya
3.    Megedong – Gedongan : Upacara Bayi Dalam Kandungan
Upacara Megedong – Gedongan adalah upacara yang dilakukan untuk bayi yang masih ada dalam kandungan ibunya, Megedong – Gedongan termasuk dalam Manusa Yadnya. Agama Hindu khususnya di Bali tak bisa lepas dari upacara, upacara dalam agama Hindu disebut Yadnya. Yadnya terdiri dari 5 macam yang biasa disebut Panca Yadnya, yaitu :
Dewa Yadnya : Upacara suci yang dipersembahkan untuk dewa-dewi, Tuhan Yang Maha Esa. Bhuta Yadnya : Upacara suci yang dilakukan untuk menyucikan alam beserta isinya.           Manusa Yadnya: Upacara suci yang dilakukan pada manusia.                                                Pitra Yadnya : Upacara suci yang dipersembahkan kepada roh leluhur.                                     Rsi Yadnya : Upacara suci yang dilakukan untuk para orang suci umat Hindu.
Masing-masing Yadnya tersebut memilik bagian-bagian lagi. Untuk upacara yang termasuk Manusa Yadnya mulai dari Megedong-Gedongan, Otonan, Tiga Bulanan, Metatah (potong gigi), Pawiwahan (pernikahan) dan lainnya Pelaksanaan upacara Megedong – Gedongan adalah ketika kehamilan berumur 7 bulan Bali (1 bulan Bali = 35 hari) atau sekitar 8 bulan masehi. Namun di beberapa tempat di Bali ada juga yang . melaksanakan ketika kehamilan berumur 6 bulan Bali.  upacara Megedong – Gedongan dilakukan ketika kehamilan berumur 7 Bulan Bali dan dicari agar bertepatan dengan hari Purnama. (Ida Pendanda). Sore harinya upacara Megedong – Gedongan dilaksanakan di rumah yang dipuput oleh Pemang. Pelaksanaan upacara Megedong – Gedongan kurang lebih seperti upacara Otonan, namun ada beberapa sesajen yang berbeda Terakhir pasangan suami istri akan duduk berdampingan untuk mendengarkan kekawin (kidung suci) yang berisi tentang petuah dan nasehat untuk ibu hamil dan juga suaminya. Dalam petuah tersebut banyak hal yang berisi tentang larangan dan juga saran untuk pasangan suami istri. Misalnya suami tidak boleh berkata kasar atau berbuat kasar pada istri, suami tidak boleh membangunkan istri dengan tiba-tiba dan berbagai hal lainnya. Walaupun upacara Megedong – Megedongan hanya ada dalam agama Hindu, tetapi di daerah Jawa juga ada upacara serupa, biasa disebut dengan Tujuh Bulanan. Namun upacara Tujuh Bulanan tersebut bukan upacara agama melainkan upacara adat. Ini mungkin tidak lepas dari sejarah dimana dulunya agama Hindu adalah agama yang dianut di nusantara sebelum agama lain masuk Indonesia.
Upacara tersebut hingga kini masih dilaksanakan oleh sebagian penduduk di Jawa apapun agamanya karena upacara tersebut merupakan warisan leluhur yang pada dasarnya mempunyai tujuan suci dan kebaikan khususnya bagi bayi yang ada dalam kandungan sang ibu.
Komentar :
Upacara magendong gendong seperti yang diadakan dibali ini bagus dapat mempertahankan warisan budaya dan juga dapat juga untuk melakukan ritual untuk kehamilan,dan ini tidak merugikan bagi kesehatan bayi dan janinnya karna upacara ini justru memberi keselamatan bagi ibu hamil karena upacara ini berisi petuah dan doa-doajadi justru bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar